Kolaborasi Perguruan Tinggi dan Pemerintah Daerah Kunci Pembangunan Aceh

 

Banda Aceh (Gema) -- Wakil Rektor Bidang Akademik Universitas Syiah Kuala Prof Dr Ir Agussabti MSi menegaskan pentingnya sinergi antara perguruan tinggi dan pemerintah daerah dalam memperkuat pembangunan ekonomi Aceh. Agussabti menyampaikan hal ini dalam wawancara eksklusif pada Program Forum Rektor TVRI Aceh, Rabu (2/7/2025).

Agussabti mengawali penjelasannya dengan mengingatkan kembali tentang Tridharma Perguruan Tinggi yakni pendidikan, penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat, sebagai fondasi utama peran perguruan tinggi. Ketiganya, tidak boleh berjalan sendiri-sendiri, melainkan harus bersinergi dan berkelanjutan.

“Kualitas sumber daya manusia penentu arah pembangunan daerah. Jika SDM perencana dan tata kelola pemerintah kita baik, maka setiap rupiah anggaran akan tepat sasaran dan mampu menggerakkan potensi daerah secara maksimal,” tegasnya.

Lebih lanjut, Agussabti menambahkan, penelitian di perguruan tinggi harus menghasilkan inovasi dan teknologi yang mampu meningkatkan nilai tambah ekonomi masyarakat. Tanpa transformasi teknologi, pembangunan hanya akan menguntungkan segelintir pihak.

“Tugas kami mengubah potensi lokal menjadi produk bernilai ekonomi yang bisa langsung dirasakan manfaatnya oleh masyarakat,” ujarnya.

USK  berperan aktif dalam pengabdian masyarakat dengan mengimplementasikan hasil riset ke tengah masyarakat, terutama di bidang pertanian dan sektor non-pertanian. “Nilai ekonomi produk lokal bisa dilipatgandakan jika disentuh oleh inovasi teknologi,” tambahnya.

Namun, ia juga menggarisbawahi adanya kendala struktural dalam komunikasi antara pemerintah daerah dan perguruan tinggi.

“Selama ini, relasi antara keduanya lebih banyak bersifat personal. Pemerintah jalan sendiri, perguruan tinggi sibuk sendiri. Kita butuh lembaga penghubung yang kuat secara kelembagaan,” ujarnya.

Agussabti mengusulkan solusi dibentuknya Konsorsium Perguruan Tinggi Aceh atau Forum Rektor Aceh yang bisa menyatukan kekuatan unik dari masing-masing universitas di Aceh. Misalnya, USK dengan keunggulan ilmu alam, UTU di bidang perikanan, Unsam di sektor kelapa sawit, dan Unimal dengan fokus berbeda.

“Keunggulan ini bisa dikemas menjadi proyek percontohan bersama pemerintah, yang kemudian bisa ditiru masyarakat,” jelasnya.

Dalam konteks pengembangan sektor pertanian, Agussabti menekankan perlunya pusat perbaikan benih di Aceh sebagai bentuk nyata sinergi pemerintah dan perguruan tinggi. Ia meyakini, jika pusat tersebut dibangun, Aceh tidak hanya unggul dari sisi produksi, tetapi juga siap bersaing dari sisi pemasaran berkat dukungan teknologi dan SDM yang mumpuni.

Agussabti juga memperkenalkan konsep ABGC (Academics, Business, Government, Community), sebagai model kolaborasi ideal yang menyatukan unsur akademik, dunia usaha, pemerintah, dan masyarakat. Ia mengatakan, media juga memiliki peran vital dalam menyuarakan gagasan dan menjembatani komunikasi antar sektor. (Sayed M. Husen)

Posting Komentar (0)
Lebih baru Lebih lama