Oleh: Juariah Anzib, S.Ag
Penulis buku Wakaf di Aceh, Tradisi, Inovasi dan Keberkahan
Islam adalah agama suci yang mengajarkan kasih sayang dan anjuran untuk saling berbagi. Kesempurnaan iman seseorang tidak akan tercapai sebelum ia rela membelanjakan sebagian hartanya di jalan Allah. Allah Swt amat mencintai hamba-hamba yang suka berbagi demi menyejahterakan sesama, salah satunya melalui ibadah wakaf.
Wakaf merupakan amal sosial yang pahalanya terus mengalir tanpa henti. Rasulullah saw mencontohkan hal ini secara nyata dalam kehidupannya. Semua harta yang beliau tinggalkan diperuntukkan bagi umat, tidak ada yang diwariskan untuk kepentingan pribadi ataupun keluarga. Hal ini menjadi bukti kedermawanan beliau yang lebih mendahulukan kemaslahatan umat dibanding kepentingan pribadi.
Wakaf pertama Rasulullah saw adalah Masjid Nabawi, yang terletak di jantung kota Madinah. Masjid ini merupakan masjid kedua yang beliau dirikan setelah Masjid Quba. Sejarah lahirnya wakaf ini sungguh sarat makna dan menginspirasi.
Dr. Abdul Fattah As-Samman dalam bukunya Harta Nabi menuturkan bahwa ketika Rasulullah Saw hijrah ke Madinah, kaum Anshar sangat antusias menyambut kedatangannya. Mereka berlomba-lomba ingin menjamu beliau di rumah masing-masing. Bahkan, ada yang berusaha menghentikan unta beliau agar berkenan singgah. Namun, unta itu tetap berjalan, sebab ia tidak akan berhenti kecuali di tempat yang telah ditentukan oleh Allah Swt.
Akhirnya unta itu berhenti, berputar beberapa kali, lalu duduk di depan sebidang tanah milik dua anak yatim dari Bani Najjar, yakni Suhail dan Sahl yang berada dalam asuhan Sa’ad bin Zurarah. Di situlah Rasulullah saw bermalam beberapa hari.
Tanah tersebut mulanya digunakan sebagai tempat pengeringan kurma. Rasulullah saw bersabda, “Insya Allah, tempat ini diberkahi.” Beliau kemudian menawarkan untuk membeli tanah tersebut. Walaupun Suhail dan Sahl semula ingin memberikannya secara cuma-cuma, Rasulullah saw menolak dan tetap membelinya dengan harta pribadinya.
Di atas tanah itulah kemudian Rasulullah saw bersama para sahabat membangun rumah sekaligus masjid, yang kemudian dikenal sebagai Masjid Nabawi. Setelah beliau wafat, masjid berukuran sekitar 35 × 30 meter itu diwakafkan untuk umat Islam sepanjang zaman. Itulah wakaf terbesar Rasulullah saw yang manfaat dan pahalanya terus mengalir hingga akhir zaman.
Masjid Nabawi menjadi kebanggaan umat Islam di seluruh dunia. Shalat di dalamnya diganjar pahala seribu kali lipat dibanding shalat di masjid lain, kecuali Masjidil Haram.
Jejak Rasulullah saw ini patut kita teladani. Mari kita hidupkan semangat berwakaf sebagai bekal investasi akhirat demi meraih ridha Allah Swt. Sesungguhnya, harta yang kita miliki akan sia-sia kecuali yang dibelanjakan di jalan Allah.