Oleh: Akhi Tamlicha Hasan, Lc
Alhamdulillahi rabbil alamin. Kita panjatkan rasa syukur yang tak terhingga atas setiap nikmat yang telah Allah limpahkan. Kita berharap dan berdoa agar Allah Subhanahu wa Ta’ala senantiasa menambahkan nikmat itu kepada kita setiap hari, baik dalam kehidupan di dunia maupun di akhirat kelak. Nikmat itu kita harapkan juga terlimpah bagi diri kita, orang-orang yang kita cintai dari keturunan kita, serta bagi mereka yang senantiasa berada di atas jalan Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Selawat dan salam kita sanjung sajikan bagi junjungan kita, Baginda Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam, beserta keluarga dan para sahabat sekalian. Mudah-mudahan segala yang telah dilakukan oleh Baginda Nabi, keluarga, dan para sahabat dapat menjadi suri teladan yang baik bagi kita, khususnya dari Baginda Nabi.
Sebagaimana difirmankan di dalam surah Al-Ahzab: "Sungguh, telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu; (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari Kiamat dan yang banyak mengingat Allah."
Ini adalah penegasan bahwa pada diri Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam terdapat teladan terbaik bagi setiap orang yang mendambakan perjumpaan dengan Allah dan hari akhir, serta yang senantiasa berdzikir menyebut nama-Nya.
Asal Penciptaan dan Kesombongan Iblis
Pada dasarnya, setiap pertemuan selalu membawa hikmah dan pelajaran. Salah satu bahasan penting yang termaktub dalam Al-Qur'an adalah kisah tentang Iblis laknatullah 'alaih. Kita ketahui, Iblis diciptakan oleh Allah dari api, sementara Nabi Adam 'Alaihissalam, bapak umat manusia, diciptakan dari tanah. Perbedaan asal-usul penciptaan ini terekam jelas dalam firman-firman Allah dalam Al-Qur'anul Karim.
Inti dari kisah ini muncul ketika Allah Subhanahu wa Ta’ala memerintahkan seluruh malaikat dan Iblis untuk bersujud menghormati Adam. Semua malaikat sujud secara keseluruhan (kulluhum ajmain). Namun Iblis menolak. Ketika ditanya oleh Allah mengenai penghalangnya, Iblis menjawab bahwa ia merasa lebih baik daripada Adam.
Iblis memandang kepada asal penciptaan dirinya yang dari api, dan Adam dari tanah. Dalam pandangannya yang congkak dan angkuh, ia meyakini bahwa ciptaan dari api lebih mulia daripada ciptaan dari tanah.
Hal ini diabadikan dalam Al-Qur'an, salah satunya dalam surah Shad: "Allah berfirman: “Wahai Iblis, apakah yang menghalangi kamu sujud kepada yang telah Ku-ciptakan dengan kedua tangan-Ku. Apakah kamu sombong atau kamu termasuk orang-orang yang meninggikan diri (angkuh)?”
Iblis menjawab dengan tegas: "Aku lebih baik daripadanya, Engkau ciptakan aku dari api, sedangkan dia Engkau ciptakan dari tanah."
Tanah yang dimaksud pada penciptaan Adam memiliki beberapa fase. Awalnya disebut tin, yaitu tanah yang bercampur air dan menjadi tanah liat. Setelah mengering dan dibentuk sempurna, ia disebut salsal, tanah liat kering yang bila dipukul akan berbunyi layaknya tembikar.
Dalam surah Al-Hijr, Iblis bahkan memperjelas jawabannya: "Aku sekali-kali tidak akan sujud kepada manusia yang Engkau telah menciptakannya dari tanah liat kering (yang berasal) dari lumpur hitam yang diberi bentuk."
Sebelum penolakan sujud ini, Iblis, yang kala itu berada di kalangan para malaikat dan memiliki kekuasaan di langit dunia serta bumi, sudah menyimpan kesombongan dan keangkuhan di dalam hatinya. Ia merasa berjasa besar setelah mampu mengalahkan golongan jin yang sebelumnya berkuasa di bumi. Ilmu Allah yang meliputi langit dan bumi, baik yang nampak maupun yang tersembunyi, mengetahui segala iri, dengki, dan dendam kusumat yang bersarang di hati Iblis.
Allah bertanya kepada Iblis bukan karena tidak mengetahui, melainkan untuk mengungkap rahasia dan hikmah agar menjadi pelajaran bagi malaikat dan khususnya bagi kita, umat manusia. Dari sini kita tahu bahwa Iblis adalah makhluk yang penuh kesombongan, keangkuhan, iri, dengki, dan dendam.
Pelajaran Hidup dari Sujud dan Penciptaan
Konsep sujud dalam salat mengingatkan kita pada asal-usul penciptaan. Sujud pertama adalah pengingat bahwa kita berasal dari tanah. Bangkit duduk di antara dua sujud adalah perwujudan kehidupan di dunia dengan segala peran dan pilihan yang kita ambil. Sujud kedua adalah penegasan bahwa kita akan kembali kepada tanah, yaitu kematian. Dan bangkit untuk tahiyat adalah simbol hari kebangkitan dan berhadapan dengan Allah.
Adapun generasi keturunan Nabi Adam diciptakan dari benih sperma (maniin yumna). Proses penciptaan manusia ini bertahap, dari setetes mani, menjadi segumpal darah ('alaqatan), lalu dibentuk sempurna. Di akhir ayat-ayat tentang penciptaan ini, Allah bertanya: "Bukankah yang demikian itu (Allah) berkuasa (pula) menghidupkan orang-orang yang telah mati?" Ini adalah penekanan bahwa manusia tidak diciptakan dan dibiarkan begitu saja.
Iblis, meskipun telah beribadah di antara para malaikat, ternyata menyimpan penyakit hati yang besar. Karena itulah kita diperintahkan untuk berhati-hati. Iblis memiliki pasukan, baik yang tak terlihat maupun yang terlihat, yaitu pengikut-pengikutnya dari golongan manusia.
Iblis telah sukses menggelincirkan Nabi Adam dan Hawa hingga keluar dari surga.
Pelajaran bagi kita adalah, jangan sampai kita membiarkan surga itu keluar dari dalam hati, pikiran, dan diri kita sendiri, sebelum kita memasuki surga yang sesungguhnya di hari kebangkitan kelak. Semoga Allah Subhanahu wa Ta’ala senantiasa memberikan perlindungan kepada kita dari segala bujuk rayu dan godaan Iblis serta pasukannya.
(Dirangkum oleh Sayed Muhammad Husen dari Halaqah Shubuh Masjid Raya Baiturrahman, Senin 6 Oktober 2025/14 Rabiul Akhir 1447 H)