Keagungan dan Makna Ibadah Haji

 

Ibadah Haji, salah satu rukun Islam yang diwajibkan bagi setiap Muslim yang mampu secara fisik dan finansial, adalah perjalanan spiritual yang penuh dengan keagungan dan makna. Setiap tahunnya, jutaan jamaah dari seluruh penjuru dunia berkumpul di Tanah Suci Mekah untuk mengikuti serangkaian ritual yang telah ditetapkan sejak zaman Nabi Ibrahim AS.

Allah Swt berfirman: "Dan (di antara) kewajiban manusia terhadap Allah adalah melaksanakan haji ke Baitullah, yaitu bagi orang yang mampu mengadakan perjalanan ke sana. Barang siapa mengingkari (kewajiban haji), maka sesungguhnya Allah Maha Kaya (tidak memerlukan sesuatu) dari seluruh alam." (QS Ali Imran: 97)

Haji bukan sekadar sebuah perjalanan fisik, tetapi juga perjalanan jiwa yang menggugah hati dan merenungkan makna kehidupan. Dengan berhaji, maka diharapkan terjadi interaksi, saling kenal mengenal dan saling memperkokoh kesatuan dan persatuan sesama Muslim di seluruh dunia.

Hal ini selaras dengan firman Allah Swt: "Wahai manusia! Sesungguhnya Kami telah menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan, kemudian Kami jadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku agar kamu saling mengenal. Sesungguhnya yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertakwa." (QS Al-Hujurat: 13).

Fizla Halwa Fadhillah menulis, perjalanan ibadah haji adalah momen suci yang mendalam bagi jutaan umat Muslim di seluruh dunia. Ibadah ini bukanlah sekadar perjalanan fisik semata, tetapi sebuah perjalanan spiritual yang memungkinkan jamaah mendekatkan diri dengan Allah Swt.

Sebelum memasuki Tanah Suci, setiap jamaah telah mempelajari rukun-rukun haji. Persiapan ini melibatkan persiapan fisik, mental, dan spiritual yang ketat. Kesadaran akan pentingnya mempersiapkan diri secara menyeluruh menjadi dasar bagi setiap individu yang bermaksud melakukan ibadah haji.

Dalam sebuah hadis, Rasulullah saw bersabda: “Barang siapa menunaikan haji karena Allah, lalu tidak berkata-kata kotor dan tidak berbuat fasik, maka ia akan kembali (dari haji) seperti pada hari ia dilahirkan oleh ibunya.” (HR Bukhari dan Muslim)

Ketika jamaah tiba di Tanah Suci, mereka disambut oleh pemandangan yang memukau: Ka'bah yang megah berdiri di tengah-tengah Masjidil Haram, memikat mata dan hati mereka. Di sinilah mereka merasakan kekuatan spiritual yang tak tergantikan.

“Ketika mereka mengelilingi Ka'bah dalam ritual Tawaf, jamaah menyaksikan keragaman etnis dan budaya dari berbagai penjuru dunia yang berkumpul dalam persaudaraan agama, semua perbedaan itu lenyap saat mereka bergandengan tangan dalam upaya bersama meraih ridha Allah SWT,” tulis Fizla Halwa, seperti dilansir kumparan.com.

Rasulullah saw bersabda: “Haji itu adalah wukuf di Arafah, barang siapa yang mendapati wukuf di Arafah sebelum fajar malam Muzdalifah, maka ia telah mendapatkan haji.” (HR Tirmidzi)

Jamaah kembali ke rumah mereka dengan hati yang lebih penuh cinta dan pengertian, dengan semangat mengamalkan ajaran Islam dalam kehidupan sehari-hari. Mereka membawa pulang ketenangan dan rasa kedamaian dalam diri mereka, serta semangat berbagi pengalaman mereka dengan orang lain. 

Ibadah haji bukanlah sekadar kewajiban syariat Islam, tetapi juga ladang spiritual yang mengembangkan dan memperdalam hubungan seseorang dengan Allah Swt. (Sayed M. Husen)

Posting Komentar (0)
Lebih baru Lebih lama