JATTI Gelas Munas, Ketua MPR Ahmad Muzani Dorong Peran Sektor Ekonomi

 

Jakarta -- Jalinan Alumni Timur Tengah Indonesia (JATTI) menggelar Musyawarah Nasional (Munas) ke-2 pada Sabtu–Ahad, 27–28 September 2025, di Grand Paragon Hotel, Jakarta. Acara yang berlangsung selama dua hari ini mengusung tema Meneguhkan Solidaritas, Mengawal Peradaban, Mewujudkan Indonesia Emas 2045 dihadiri anggota JATTI dari berbagai penjuru Indonesia, serta perwakilan duta besar negara-negara Timur Tengah.

Ketua MPR RI Ahmad Muzani hadir sebagai pembicara kunci. Dalam pidatonya, ia menegaskan, alumni Timur Tengah memiliki keistimewaan dibandingkan lulusan luar negeri lainnya.

“Setidaknya ada dua keunggulan utama. Pertama, penguasaan bahasa asing, minimal bahasa Arab, sering kali ditambah dengan bahasa Inggris. Kedua, pemahaman ilmu agama yang mendalam, yang membuat mereka langsung diakui masyarakat sebagai figur ulama atau kiai,” ujar Muzani.

Namun ia mengingatkan, keunggulan tersebut jangan sampai membatasi ruang gerak alumni Timur Tengah. 

Menurutnya, peran mereka di bidang dakwah dan pendidikan memang sudah signifikan, tetapi kontribusi di sektor ekonomi masih relatif kecil.

“Dunia dakwah dan pendidikan juga membutuhkan dukungan ekonomi yang kuat. Sayangnya, masih sedikit yang terjun di sektor ekonomi,” katanya. 

Muzani menambahkan, berdasarkan pertemuannya dengan para duta besar negara-negara Arab, terbuka peluang besar bagi para ahli pertanian, peternakan, dan konstruksi asal Indonesia.

“Saya berharap JATTI ke depan dapat menjadi motor penggerak bukan hanya dalam pendidikan, tetapi juga dalam membangun kerja sama ekonomi yang nyata,” imbuh mantan Sekjen Partai Gerindra itu.

Muzani menilai, kemampuan bahasa dan pemahaman agama menjadi modal sosial kuat bagi alumni Timur Tengah sehingga wajar jika banyak yang aktif di bidang dakwah dan pendidikan. Meski demikian, ia menekankan pentingnya diversifikasi peran agar alumni juga mampu menopang pembangunan bangsa di sektor strategis lainnya.

“Sedikit sekali yang bergerak di bidang ekonomi. Padahal pendidikan dan dakwah itu butuh ekonomi. Harus ada alumni JATTI yang bergerak di bidang konstruksi, peternakan, pertanian, dan lainnya, bukan hanya urusan umrah dan haji,” tegas Muzani.

Sebelumnya, Ketua Umum JATTI KH Bachtiar Nasir (UBN) dalam sambutannya mengajak seluruh anggota untuk meninggalkan friksi internal dan fokus pada transformasi organisasi. 

Ia juga mengingatkan agar alumni tidak terjebak dalam perdebatan maupun sikap menyalahkan pihak lain terkait isu global seperti Palestina.

“Tidak mudah mempersatukan para alumni Timur Tengah di Indonesia. Karena itu, saya mengajak agar kita tidak terlalu berbesar hati menyalahkan orang-orang Timur Tengah mengapa mereka tidak membela Palestina. Sebab kita sendiri masih perlu dikoreksi,” kata UBN.

UBN menegaskan, Indonesia memiliki peluang besar untuk menjadi pusat peradaban Islam dunia. Dengan memanfaatkan jaringan alumni Timur Tengah, JATTI berencana menarik ulama dan profesor terkemuka dari Timur Tengah untuk datang dan bermigrasi ke Indonesia.

“Indonesia punya peluang besar. Ulama dan profesor dari Timur Tengah siap datang ke Indonesia. Mari kita jadikan negeri ini sebagai epicentrum peradaban Islam,” ujarnya.

Munas II JATTI momentum konsolidasi nasional bagi para alumni Timur Tengah. Selain memperkuat peran di bidang dakwah dan pendidikan, organisasi ini juga menargetkan kontribusi lebih luas di sektor ekonomi dengan menjadikan jaringan Timur Tengah sebagai mitra utama dalam mewujudkan visi Indonesia Emas 2045. (Sayed M. Husen/Ibnu Syafaat)

Posting Komentar (0)
Lebih baru Lebih lama